SEJARAH DESA WATU
Desa Watu merupakan salah satu dari 13 ( tiga belas ) desa daj kelurahan yang ada di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Desa Watu Toa merupakan pemekaran dari desa Watu pada tahun 1968 dan berstatus sebagai desa persiapan. Desa Watu terdiri atas dua (2) Dusun yaitu Dusun Langkemme dan Walattasi dengan potensi pertanian yang cukup banyak. Berikut nama-nama kepala desa yang pernah memimpin desa Watu sampai sekarang.
TAHUN | NAMA KEPALA DESA | KETERANGAN |
Tahun 1968 -1978 | MASSE | Pilkades 1 |
Tahun 1979 -1983 | A.BUDISHARA,BA | Pilkades 2 |
Tahun 1989 -1994 | A.MAPPAPOLEONRO | Pilkades 3 |
Tahun 1995 -2005 | ABD.HALID | Pilkades 4 |
Tahun 2006 -2008 | ROSMINI ARNA,BA | Pilkades 5 |
Tahun 2009 -2015 | JUHARI,SE | Pilkades 6 |
Tahun 2015-2016 | ANDIWANDY IRWANDY,S.STP | PLt 1 |
Tahun 2016 -2017 | ANDI ASHAR AFWAN,S.Pti,M.Si | Plt 2 |
Tahun 2017-2022 | JUHARI.SE.,MM | Pilkades 7 |
Tahun 2023-Sekarang | RUSDI,S.Pd | Pilkades 8 |
Secara Geografis Desa Watu Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng berada pada posisi koordinat 4’29’36’0964E Lintang selatan dan antara 199’53’55.95’E Bujur timur. Luas wilayah desa watu adalah 1942 km/segi yang terdiri dari 2 wilayah dusun 6 RW (Rukun Warga) dan 19 RT (Rukun Tetangga)
Tabel : Jumlah RW dan RT di Desa Watu
DUSUN | RW | RT |
Walattasi | 3 | 12 |
Langkemme | 3 | 7 |
6 | 19 |
Batas – batas wilayah desa watu kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng sebagai berikut:
- Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Watu Toa
- Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Marioritengnga
- Sebelah Selatan,berbatasan dengan Desa Marioriaja
- Sebelah Barat,berbatasan dengan desa Lalabata
Penduduk Desa Watu saat ini mayoritas terdiri dari penduduk asli Watu dan sebagiannya adalah penduduk pendatang yang sudah tinggal di desa watu dan berketurunan. Bahkan saat ini desa watu memiliki warga pendatang transmigrasi dari pulau Jawa yang menetap di salah satu daerah pemukiman di desa Watu (Lappatosupang). Gotong royong masih menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat desa ini. misalnya memindahkan rumah, perintisan jalan dan lain-lainnya.
Warga setempat misalnya sampai hari ini sebagian besarnya masih mempercayai cerita cerita legenda,misalnya persamaan bulu ana’Dara karna konon ceritanya ada 7 Gadis (Anadara) bersaudara diminta oleh orang tuanya mencari kayu bakar kedalam hutan tapi jangan sampai menaiki gunung, tapi karena ketidakpatuhannya salah satu dari tujuh bersaudara tersebut mengajak saudara-saudaranya yang lain nekat melanggar larangan tersebut sehingga berubahlah mereka menjadi patung batu pada saat menginjakkan kakinya diatas gunung yang sampai saat ini masih terdapat 3 patung ana’dara dalam keadaan masih utuh dan sering dikunjungi masyarakat lokal maupun pendatang.
Keadaan Tofografi tanah yang suhur dikelilingi oleh gunung dan memiliki banyak anak sunagi sehingga memudahkan masyarakat untuk membuka lahan pertanian,membuat banyak warga yang tadinya hanya bertani dan berkebun memilih tetap dan membuat pemukiman permanen dan sampai saat ini dihuni sekitar 60% kepala keluarga.